FIFA Football for School Diluncurkan di Indonesia: Mengajarkan Kecakapan Hidup melalui Sepak Bola

  • Dihadiri sekitar lebih dari 100 anak (laki-laki dan perempuan) dan 30 guru olahraga dari sekolah di seluruh pulau di Indonesia
  • Acara dibuka oleh Direktur FIFA Football for School Fatimata Sibide dan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan. Turut hadir juga Koordinator Proyek FIFA untuk Asia Timur - Kantor Regional ASEAN: Niko Nhouvannasak dan Chen Jun, Sekjen PSSI Yunus Nusi, Abdul Halim Muharam Mewakili Direktur Sekolah Dasar dari Kemendikbudristek.
  • Turut hadir legenda hidup sepak bola Indonesia Bambang Pamungkas dan Marco Motta sebagai bintang tamu

FIFA Football for Schools (F4S) adalah program ambisius yang dijalankan oleh FIFA, yang bertujuan untuk berkontribusi pada pendidikan, pengembangan, dan pemberdayaan sekitar 700 juta anak diseluruh dunia. Kegiatan ini berusaha membuat sepak bola lebih mudah diakses oleh anak laki-laki dan perempuan di seluruh dunia dengan memasukkan kegiatan sepak bola ke dalam sistem pendidikan, dalam kemitraan dengan otoritas dan pemangku kepentingan terkait.

Program ini telah dirancang untuk mempromosikan keterampilan dan kompetensi hidup yang ditargetkan melalui sepak bola dan berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB dan prioritas lainnya.

FIFA Football for School Indonesia berlangsung di Lapangan Rugby, Senayan, Jakarta, Jumat (28/10).

“Hari ini adalah hari yang tak terlupakan bagi FIFA dan suatu kehormatan bagi saya untuk menghadiri peluncuran F4S di Indonesia. Saya berterima kasih atas komitmen Anda untuk mewujudkan ini. Kedepannya, kami ingin meminta dukungan Anda yang berkelanjutan, karena kami percaya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dapat berkontribusi pada perubahan sosial di tanah air dengan bekerja pada fondasi yang telah diletakkan dengan diluncurkannya program ini. Dengan dukungan Anda, kami ingin mengubah proyek ini menjadi tolok ukur untuk diikuti semua orang,” kata Direktur FIFA Football for School Fatimata Sibide.

“Kami sangat berterima kasih atas komitmen PSSI dan Pemerintah Indonesia,” lanjutnya.

Program F4S selaras dengan kebijakan olahraga, pendidikan, dan kesehatan global.  Program F4S dapat digunakan oleh asosiasi anggota (MA) dan pemerintahnya untuk memajukan prioritas pembangunan nasional.

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan mengatakan, “Yang menjadi tujuan dari kegiatan adalah bagaimana anak-anak bisa percaya diri, membangun karakter, sehingga mereka bisa resiliensi ketika anak-anak, misalnya kalah dalam pertandingan sepak bola.  Mereka tidak larut dalam kesedihan dan bisa dengan cepat untuk bisa bangkit meraih kemenangan di lain waktu.”

Indonesia memiliki banyak pulau, dan setiap pulau memiliki masyarakat yang sangat menyukai sepak bola, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Sepak bola adalah salah satu hal yang bisa membuat masyarakat Indonesia melupakan kesedihannya sejenak, dimana mereka bisa menonton dan menikmatinya secara langsung di stadion atau di rumah (melalui siaran langsung televisi).

Berbicara sepak bola dari sudut pandang anak-anak, mereka ini kalau dilihat, mulai menyukai sepak bola, karena pemain idola mereka.  mereka ingin menjadi seperti idola mereka di lapangan. Oleh karena itu, anak-anak ini mulai meminta kepada orang tuanya untuk bisa mengajarkan atau menyekolahkan mereka di sekolah sepak bola, agar mereka bisa belajar dan mengenal sepak bola lebih dalam.

Bambang Pamungkas juga mengalami hal yang sama, ia pernah mengatakan bahwa ia menyukai sepak bola karena ia mengidolakan Kurniawan Dwi Yulianto, mantan pemain sepak bola, seorang legenda hidup yang juga pernah bermain untuk timnas Indonesia sebelum dirinya.

Sejak kecil ia sudah mengagumi Kurniawan, bahkan Bambang adalah seorang almamater di pelatihan Diklat Salatiga, di mana Kurniawan juga pernah belajar sepak bola di sana.

“Sepak bola dapat mengajari kita dan generasi penerus kita keterampilan hidup, gaya hidup sehat, dan pendidikan.  Di sepak bola kita juga bisa belajar untuk bisa saling menghargai, bekerja sama, dan lain-lain dalam hidup, serta fair play, di dalam dan di luar lapangan,” kata Bambang.

Bambang dan Marco Motta mengajak anak-anak untuk terus mencintai sepak bola, bermain sepak bola dengan sepenuh hati, karena sepak bola itu menyenangkan, dan bisa membuat orang bangun sejenak untuk melupakan kesedihan.

Setelah peristiwa di Stadion Kanjuruhan, kita harus bisa Bangkit Bersama, Sembuh Lebih Kuat, sejalan dengan slogan dan semangat G20 yang akan berlangsung di Indonesia.

“Bambang dan saya berharap dengan adanya proyek FIFA Football for School di Indonesia, kita bisa membuat anak-anak ini menjadi manusia masa depan yang akan membangun negara dengan memiliki karakter yang kuat. Tidak hanya dalam profesinya sebagai pesepakbola, tetapi juga dalam profesi lainnya. Sebab, tidak baik jika kita terlalu lama bersedih. Kami harus bangkit, memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan,” kata Marco Motta.

FIFA Football for Schools dirancang untuk menggunakan permainan indah di sekolah sebagai alat untuk memberikan pendidikan yang menyenangkan dan interaktif tentang keterampilan hidup yang penting dan nilai-nilai positif kepada anak laki-laki dan perempuan di tiga kelompok usia (4-7, 8-11 dan 12-14  bertahun-tahun). Ini juga bertujuan untuk mengatasi beberapa tantangan sosial yang dihadapi kaum muda di dunia saat ini, termasuk bullying, tetap bersekolah dan menjalani gaya hidup sehat dan aktif.

Football for School berharap dapat mendistribusikan sebelas juta bola ke sekolah-sekolah di negara-negara dari 211 anggota asosiasi FIFA. Secara konkret, ini berarti 700 juta anak diharapkan mendapat manfaat dari inisiatif tersebut, yang bertujuan untuk membuat sepak bola lebih mudah diakses oleh anak laki-laki dan perempuan di seluruh dunia.