PSSI mengakhiri kursus refer (referee evaluation resource) system tahap kedua untuk para penilai wasit (referee assessor), kegiatan yang dirancang oleh Departemen Perwasitan PSSI itu telah berlangsung dari tanggal 31 Maret itu dihadiri oleh 32 peserta dan berakhir Sabtu (6/4) di Jakarta. Kegiatan ditutup langsung oleh Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha Destria.
Refer system adalah suatu sistem baru yang menyediakan/memungkinkan saran pengembangan yang jelas dan konsisten, tren dan analisis kerja, area yang berkelanjutan/tertarget untuk pelatihan dan pengembangan individu dan kelompok ofisial pertandingan, secara online.
Oleh karena itu, skema penilaiannya adalah untuk menambah nilai dari penilai wasit, mendapatkan nilai bagi ofisial pertandingan, dan memperoleh nilai untuk semua kegiatan PSSI.
Manfaat dari sistem baru ini adalah menyediakan data kinerja berkualitas tinggi, membantu semua perangkat pertandingan untuk mencapai potensi maksimal mereka, menyediakan perangkat pengembangan pembelajaran mandiri bagi para ofisial pertandingan dan memungkinkan pembinaan yang produktif, menerapkan skema penilaian yang berdampak untuk menambah nilai nyata, menyediakan data kinerja yang bermakna bagi PSSI.
Pembahasan di hari pertama, antara lain adalah mengenai pemahaman tentang refer system, berbagai pengetahuan dan masalah teknis (untuk nanti laporannya dikirimkan ke Jeremy Kerner (Sports Fusion CEO) sebagai sosok di balik sistem ini.
Berikutnya, kegiatan ditutup dengan mereka menyimak rekaman pertandingan untuk selanjutnya memberikan masukan keseluruhan atas hasil penilaian penilai wasit di laga itu. Kemudian di tutup dengan menganalisis kinerja perangkat pertandingan, poin kekuatan dan pengembangan yang dilakukan secara berkelompok.
Hari kedua, rangkaian kegiatannya pun hampir sama. Menganalisis kinerja perangkat pertandingan dengan KMI (Key Match Incident) dan kompetensi teknisnya. Hingga ketiga, kegiatannya hampir sama, menganalisis kinerja wasit melalui rekaman pertandingan.
Masuk hari keempat, ada pertemuan daring melalui aplikasi zoom dengan Jeremy Kerner. Di mana dia yang mempunyai aplikasi ini, berinteraksi langsung dengan para peserta membahas kendala-kendala yang dihadapi oleh para penilai wasit dengan sistemnya, para peserta sebelumnya dari hari pertama sudah memberikan catatan-catatan mengenai sistem, untuk dilaporkan kepada Jeremy.
“Banyak masukan dari para peserta mengenai sistem ini, untuk lebih berkembang ke depannya nanti,” kata Jeremy. “Intinya, saya dan tim akan terus memperbaiki, menjaga kestabilan sistem dan menyesuaikan dengan kebutuhan para penilai wasit di Indonesia. Sebab dengan trial yang saat ini ada, tentu kita bisa sama-sama mengembangkannya agar lebih baik. Saya berharap bisa bekerja sama dengan mereka dan sistem ini bisa langsung digunakan nanti,” lanjutnya.
Hari kelima, masih menganalisa beberapa Key Match Incident (KMI) dan cara menghubungkannya dengan kompetensi teknis, menentukan tanggung jawab pengambil keputusan dan penilai, kemudian ringkasan kinerja dan finalisasi laporan.
Berikutnya di hari keenam ada materi penilaian dan pencatatan langsung, pencari fakta pasca pertandingan dan menyampaikan pertanyaan yang tepat kepada wasit yang bertugas. Ada juga pembahasan mengenai pertemuan setelah pertandingan dengan wasit, terakhir ada mengenai cara menangani kesalahan sistem, serta prosedur mengedit laporan yang diserahkan.
Di hari terakhir, para peserta merekapitulasi dan meringkas apa-apa saja yang didapat selama kursus, sekaligus menutup kegiatan selama tujuh hari itu. Raymond Olivier yang memberikan materi dari awal hingga mengatakan bahwa dengan kegiatan para penilai wasit bisa mengenal sistem refer dengan baik.
“Seminar ini adalah untuk memperkenalkan para peserta dengan sistem penilaian terbaru, yang telah dibeli oleh PSSI untuk mengembangkan wasit mereka dan juga wasit di masa mendatang. Sistem penilaian wasit ini adalah kesempatan untuk lebih memberikan keadilan dan pemahaman kepada kinerja wasit dan peninjauan kembali wasit, agar mereka berkembang serta untuk meyakinkan ada laporan yang akurat. Agar kita bisa memberikan informasi kepada kompetisi, pemain dan tentunya liga,”bukanya.
Sistem ini telah digunakan di Liga Premier Inggris, Raymond memandang Indonesia juga bisa mengaplikasikannya dengan baik.
“Kabar baiknya adalah PSSI telah mengenalkan sistem ini lebih awal. Hal itu tentu memudahkan kami untuk melakukan banyak test di beberapa area, agar kita bisa mendapatkan sistem yang layak dan latihan kepada para penilai wasit. Dengan pelatihan yang tepat, maka kita bisa memastikan ada test lain (dengan pertandingan) dengan begitu kita bisa mengevaluasi performa wasit, bagaimana kerja mereka, kita evaluasi dan cek, dan yang terpenting memastikan mereka (penilai wasit) bisa konsisten dalam menilai wasit,” tuturnya.
Raymond berharap dengan adanya kegiatan ini para penilai wasit di PSSI bisa berkembang dengan baik di masa depan.
“Selama kursus ini, saya tidak terlalu berharap mereka langsung bisa menggunakan sistem ini. Tapi saya mau mereka senang dan nyaman dalam mengoperasikan sistemnya. Bagaimana mereka mengerti tiap-tiap area performa wasit, kita akan cek terus sistemnya dan kebutuhan perangkat pertandingan. Terpenting adalah bagi mereka untuk mengenal sistemnya, berlatih dengan sistemnya, mengerti kompetensi apa yang kita inginkan dengan wasit-wasit yang bertugas, lalu mengaplikasikannya dengan pertandingan yang mereka nilai,” jelas Raymond.
“Setelah itu baru kita bisa melihat kompetensi yang baik dalam penilaiannya. Karena para penilai wasit ini, mereka tidak menilai penilaiannya, namun sistemnya yang akan mengkalkukasikan penilainnya secara otomatis terhadap performanya. Jadi, kesampingkan poin itu, yang terpenting adalah laporan yang berkualitas, saya menyebutnya laporan secara langsung, karena dalam laporan tersebut ada contoh klip pertandingan, yang disorot oleh penilai wasit. Namun dengan latihan yang baik tentu mereka akan lebih berkembang kedepannya nanti,” Raymond menambahkan.
Sementara itu, menurut salah satu peserta kursus sangat berguna baginya. “Kursus ini bermanfaat, tentu juga dengan teman-teman penilai wasit yang lain. Saya berharap bisa menerapkan dan menggunakan sistem yang lengkap ini dengan baik, serta bisa meningkatkan kemampuan individu saya sebagai penilai wasit,” kata Kusni.