Ketua Komdis PSSI Berikan Materi Kode Disiplin

PSSI yang turut berpartisipasi dalam acara Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) dengan tema ‘Peningkatan Kapasitas Tenaga Keolahragaan’ membahas mengenai Pelaksanaan Kegiatan Manajemen Suporter Sepak bola Indonesia.

Tema tentang itu, tentu bersinggungan dengan Kode Disiplin PSSI tahun 2018 yang merupakan turunan dari Statuta PSSI tahun 2019. Acara ini berlangsung di Grand Ballroom Hotel Pullman, Central Park, Jakarta dari tanggal 13 hingga 16 Juli 2020.

Mengenai kode disiplin PSSI, materinya dibawakan langsung oleh Ketua Komite Disiplin PSSI, Erwin Tobing. Erwin menyampaikan, dan juga menjelaskan apa tugas serta wewenang dari Komite Disiplin PSSI.

“Komite Disiplin PSSI bertugas untuk menjaga displin, mengatur serta menetapkan sanksi dalam sepak bola supaya bisa lebih baik dan maju. Hal ini harus ditegakkan, dengan melalui mekanisme sidang komite disiplin, yang diatur dalam kode disiplin PSSI,” kata Erwin, Selasa (14/7/2020).

Erwin mengatakan, bahwa euforia penonton kadang tidak terkendali, “Mereka pun kadang tak jarang suka terbawa hal itu dengan membawa flare (suar) serta menyalakannya di dalam stadion,” jelasnya.

Di sisi pemain, Erwin mengungkapnya juga terdapat pelanggaran. “Untuk pemain, masih suka mengancam bahkan memukul wasit dalam pertandingan. Ada mekanismenya kalau mau protes dengan keputusan wasit, dengan melayangkan surat ke kami,” katanya.

Menurut Erwin, sasaran hukuman komite disiplin, antara lain adalah klub, pemain, ofisial tim, hingga panitia pelaksana. Sebab untuk mengumpulkan bukti-bukti untuk menjatuhkan hukuman saat ini lebih mudah, karena kompetisi disiarkan melalui kamera televisi (dimana banyak kamera yang merekam setiap kejadian dalam suatu pertandingan). Keputusan komite disiplin pun tidak akan melenceng jauh dari kode disiplin yang sudah ditetapkan oleh PSSI.

Dirinya lalu membedah satu persatu, mulai dari pemain. “Mengapa pemain dihukum? Karena pemain melakukan penganiyaan sesama pemain, melakukan penganiayaan terhadap wasit, meludahi pemain, tidak jujur memberikan keterangan, tidak mengindahkan kepentingan tim nasional, melakukan intimidasi, provokasi, penghinaan terhadap wasit dan sesama pemain,” paparnya.

“Kemudian, suporter, mereka melakukan penghadangan suporter tamu, datang ke kandang melebihi kuota, datang ke kandang melakukan provokasi berlebihan, memasang spanduk menghina PSSI dan tim tamu (bersifat rasis atau ras, dll), melempari petugas, tim tamu dan bis media, hingga ke intimidasi tim tamu di hotel.”

“Lalu pelanggaran apa yang biasa dilakukan oleh ofisial tim. Mulai dari intimidasi Pengawas Pertandingan dengan mendatangi mejanya, memukul kanopy bench pemain, masuk ke lapangan pertandingan tanpa izin wasit, duduk di pinggir lapangan, melontarkan kata-kata tidak terpuji, memasuki dan mengintimidasi wasit di ruang ganti wasit, menghujat wasit dengan kata-kata tidak pantas, melakukan penganiyaan terhadap wasit dan pemain.”

“Di luar itu, pengawas pertandingan pun tak luput dari pantauan Komite Disiplin, Mengapa mereka sampai kena hukuman? Karena tidak menerapkan aturan dengan maksimal, dan tidak memberikan laporan pertandingan yang maksimal.”

“Kemudian, wasit. Mengapa wasit dihukum? Karena tidak menerapkan aturan permainan dengan maksimal.”

Di akhir pembicaraan, Erwin menetapkan target dari Komite yang dipimpinnya. Target tersebut terbagi dua. “Pertama target secara umum. Yaitu, memastikan seluruh stake holders sepak bola Indonesia taat dan patuh pada seluruh regulasi sepak bola, sehingga suatu pertandingan dapat diselenggarakan dengan disiplin, fair play dan berbasiskan industri,” tuturnya.

Kedua, adalah target khusus. Yaitu, jumlah pelanggaran disiplin menurun sehingga diharapkan semua stake holders sepak bola Indonesia paham, mengerti dan patuh serta taat pada regulasi sepak bola yang ada. Pemain timnas juga dapat tampil maksimal di pentas dunia tanpa kartu kuning apalagi kartu merah, hanya karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan serta ketidakpedulian atas pelanggaran yang dilakukannya di level nasional,” tutupnya.