92 Tahun PSSI dan Ancaman Buruk Hoaks

Dunia saat ini tengah menghadapi salah satu tantangan terburuk yakni penyebaran berita palsu dan berita bohong atau hoaks. Pada era post truth (paska kebenaran) seluruh dunia kebanjiran lalu lintas berita hoaks. Baik disengaja dengan terstruktur, masif dan sistematis, maupun tidak.

Masifnya media sosial yang juga disebut sebagai "media merdeka" sangat memperlancar arus penyebaran hoaks. Saat ini sebagaimana organisasi, institusi bahkan perorangan lainnya, PSSI juga menghadapi semburan keburukan hoaks. Ada tim yang terdegradasi karena kegagalan sendiri, kemudian dengan mudah dan tanpa dosa mencoba membuang kesalahan pada pihak lain.

Pertanyaan paling sederhana, siapa yang mengelola tim itu selama 34 pertandingan? Tapi semburan kepalsuan lalu berupaya "membuang kesalahan" pada satu-dua pertandingan terakhir. Bahkan mencoba menyalahkan aturan yang juga berlaku sama untuk 110 tim yang lain? Ada apa sebenarnya dibalik dagelan ini? Siapa yang bisa disalahkan? Ya, yang paling gampang PSSI.

Menjadi cantelan "permainan" benar-salah. Mencoba membangun narasi palsu yang sudah terbantahkan dengan sendirinya. Sekaligus juga mencoba-coba mengatur strategi "penyelamatan diri" dari amuk massa fans yang kecewa karena kegagalan managemen internal mereka sendiri. Itulah "kegunaan" sebaran hoaks. Kita terkadang suka lupa dan cenderung abai, bahwa di negara ini ada aturan hukum yang berlaku untuk pelaku penyebar hoaks. Jika itu terkait pelanggaran kode etik media massa ada Dewan Pers.

Tanpa bisa menghilangkan unsur pidananya karena diatur oleh hukum yang berbeda. Namun sejarah membuktikan, ditengah munculnya aneka jenis tantangan dari generasi ke generasi, PSSI tetap eksis. Kenapa? Karena PSSI memang berbeda. 15 tahun, empat bulan kurang dua hari sebelum proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, PSSI berdiri di Yogyakarta. 19 April 1930. Hanya satu tahun, enam bulan, sembilan hari, setelah para pemuda mengikrarkan janji suci Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Ya, PSSI memang didirikan para pemuda, yang sebagian ikut menghadiri kongres pemuda di Jakarta. Mengambil semangat dan tekad yang sama untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia, Ir. Soeratin Sosrosoegondo bersama rekan-rekan pemudanya mendeklarasikan berdirinya Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia (PSSI). Tantangan jaman memang berubah setelah 92 tahun. Tapi semangat kebangsaan yang menjiwai berdirinya PSSI tidak akan pernah berubah.

Itulah yg membedakan PSSI dengan federasi negara-negara lain. Selama 92 tahun dan seterusnya, PSSI akan selalu menjadi bagian integral dari kekuatan dan kebanggaan bangsa Indonesia.

Sejak 2 November 2019, PSSI dipimpin oleh Komjen Pol (Pur) DR. H. Mochamad Iriawan, SH, MM, MH alias Iwan Bule. Sosok yang dikenal sebagai pekerja keras dan pengabdi sejati. Iwan Bule juga sangat menggilai dan mencintai sepak bola. Sebagai pemimpin, oleh koleganya Iwan Bule dikenal sebagai figur petarung. Tipikal pemimpin modern yang tidak bisa digertak dengan cara apapun.

Saat ini sebagai Iwan Bule dan jajarannya sedang fokus menghadapi SEA-Games 2021. Tim U-23 Indonesia akan berjuang membawa kebanggaan Merah Putih yang akan berlangsung pada 6-22 Mei 2022 mendatang. Ini yang jauh lebih penting.

Masyarakat Indonesia berdoa agar perjuangan skuad Garuda Muda di Vietnam akan membuahkan hasil yg membanggakan. Membawa kebanggaan juga kehormatan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Selamat ulang tahun PSSI ke-92.

Sepak Bola Indonesia Jaya! Jaya! Jaya!